BINTANG
Seorang gadis lumpuh sedang
duduk sendirian sambil memutar sebuah lagu dengan MP3 pemberian Bintang di
sebuah taman. Orang-orang yang berlalu lalang tak dipedulikannya, saat ini yang
ada dipikirannya adalah kenangannya bersama sahabatnya Bintang.Ya, cuma Bintang yang mau bersahabat
dengannya. Cuma dia yang mau menerima keadaan Bulan dengan tulus. Semakin
lama lagu tersebut didengar oleh Bulan, semakin keras tangisan Bulan. Dia
teringat 10 tahun yang lalu, dimana dia tak akan
pernah kembali.
=FLASBACK=
“Mungkinkah bila ku
bertanya, pada bintang – bintang...” Bulan bernyanyi sambil menghampiri kendaraan
yang berhenti pada saat lampu merah. Panas matahari yang menyengat tak mematahkan semangatnya mencari uang untuk
sebutir beras. Bulan merasakan ada yang memperhatikannya secara diam-diam, tapi
dia tepiskan pikiran itu. Setelah lampu hijau menyala, Bulan segera kembali ke
pinggir jalan. Saat sedang melamun,tiba-tiba ada yang mengagetkannya.
“Hei..kok melamun aja ? Ada
masalah ?” teriak Bintang sambil menatap Bulan.
“Ah..engga nggak papa kok.
Kamu siapa ?”
“Aku Bintang. Aku sering
ngeliat kamu disini. Nggak pernah ngerasa ya ?” kata Bintang sambil tersenyum
jahil
“Nggak. Ngapain kamu
ngeliatin aku ngamen ? Kurang kerjaan tau nggak ?” kata Bulan
sambil pasang muka pura-pura marah
“Abisnya
aku salut sama kamu. Kamu tetap tegar melewati berbagai ejekan. Kamu nggak
peduli apa yang dikatakan orang-orang tentang kamu.”kata Bintang sambil
memandang jalanan
“Oh…itu.
Penderitaan yang membuatku semakin kuat dan berkembang. Dengan penderitaanlah
aku tumbuh,penderitaan tidak selalu negative. Tergantung dari orang yang
memandangnya, maka pandanglah dari sisi positif.”
“Bijaksana
banget kata-kata kamu !”
“Makasih...
Ngomong-ngomong kamu nggak sekolah ?”
“Udah
pulang. Kamu nggak sekolah ?”
“Udah
nggak sekolah lagi. Aku putus sekolah sejak lulus SMP”
“Menurutku
kamu orangnya pintar,kenapa nggak ikut beasiswa ?”
“Dulu
waktu SMP pernah ikut, kalau beasiswa aku harus mempertahankan ranking 1 ku.
Tapi semua teman-temanku pada curang yaitu dengan menyuap guru-guru, dan yang
lain-lain” jelas Bulan sambil terisak
“Oh
begitu…dunia ini memang semakin kejam. Jangan ikuti perkembangan yang buruk, tapi
ikutilah perkembangan jaman yang baik bagi dirimu. Jika cara tradisional lebih
baik dari modern, tetaplah gunakan cara tradisional.” kata Bintang sambil
menatap Bulan
Hari
berganti hari. Bulan dan Bintang semakin dekat. Kedua sahabat tersebut saling
mengerti satu sama lain, saling melengkapi satu sama lain. Dan itulah yang
membuat mereka kuat.
“Bintang,
liat deh bulannya. Indah ya ?” tanya Bulan sambil menatap Bulan
“Iya…Bulan
memuji Bulan. Hehehe…Bulan itu mencerminkan dirimu sendiri.”
“Kenapa
bisa ? Dia bisa bersinar terang, sedangkan aku hanya pengamen yang tidak punya
kaki.”
“Walau
kamu nggak punya kaki, tapi kamu bisa menerangi orang-orang sekitar mu dengan
kebaikan mu yang tulus secara tidak sadar.Bulan memantulkan sinar matahari.
Kamu memantulkan sinar dari Tuhan, dan menyebarkannya ke orang-orang sekitarmu
dengan tulus” kata Bintang bijaksana
“Bintang
diatas juga kaya kamu. Yang selalu menemani Bulan, sehingga Bulan tidak kesepian,sebagai
partner Bulan dalam memantulkan kebahagiaan ke orang-orang sekitar. Tanpa
Bintang, Bulan akan kesepian. Jadi Bulan mohon, Bintang jangan ninggalin Bulan.”
Kata Bulan sambil menatap Bintang mendalam
“Nggak
ada yang abadi di dunia ini, Bulan. Jika takdir mengatakan aku harus pergi,
maka aku akan pergi. Sudah ada yang mengaturnya. Jika aku pergi, pasti ada yang
menggantikan aku. Tuhan tak pernah bersikap tak adil kepada umat-Nya.”
“Kamu
bisa melawan takdir, Bin ! Nggak ada dan nggak akan ada yang ngegantiin kamu.”
“Melawan
takdir sama dengan melawan perintah-Nya. Aku nggak bisa. Pasti ada, percayalah
Bulan. Kamu hanya butuh satu kata, yaitu PERCAYA”
Esok
hari setelah pertemuan Bulan dan Bintang, ada kabar yang menyedihkan untuk
Bulan. Ternyata selama ini Bintang mengidap penyakit kanker stadium 4. Dan
setelah pertemuan kemarin, Bintang telah kembali ke Yang Maha Kuasa.
“BINTAAANG
!!!” tangis Bunga pecah ketika melihat tubuh Bintang terbaring kaku di rumahnya
“Jangan
tinggalin aku ! Aku nggak bisa hidup tanpa kamu ! Kamu sahabatku yang terbaik !”
“Anda
yang bernama Bunga ?” Tanya seorang ibu-ibu berwajah pucat
“Iya
tante. Kenapa ?”
“Saya
ibunya Bintang. Terima kasih telah menemani Bintang diakhir hidupnya. Ini ada
surat dari Bintang sebelum dia dipanggil Yang Maha Kuasa.” Kata Ibu Bintang
sambil terisak
“Makasih
tante karena sudah menyampaikan suratnya. Semoga Bintang tenang di sisi-Nya.
Tante dan keluarga Tante yang kuat ya !”
Bunga
membaca surat yang diberikan Bintang. Isinya
“Halo Bulan ! Kamu ingat
nggak soal pujianku tentang kamu ? Kalo kamu itu tegar dan kuat. Bulan, maafin
aku ya, aku nggak bisa nemenin kamu selamanya. Sebenarnya aku mengidap penyakit
kanker, dan sudah stadium 4. Sudah saatnya aku kembali di sisi-Nya. Teruslah
berjalan, jangan pernah menengok ke belakang, jangan dengarkan orang lain
tentang kekuranganmu. Percayalah, kekuranganmu itulah yang membuatmu istimewa.
Selamat tinggal, Bulan. Selalu tersenyum ya !”
=FLASBACK
END=
Lagu yang diputar Bulan sudah
habis. Tiba-tiba terdengar teriakan yang memanggil namanya.
“BULAAAN
!!!”
“Riko
? Kenapa bisa disini ?” Tanya Bulan sambil menghapus air matanya
“Bulan,
anak kamu nyariin kamu tuh !” kata Riko sambil memandang Bulan dengan heran
“Baiklah.
Aku pulang, kamu sudah mengganti popok mereka kan ?”
“Iyaa,Bulan.
“
Riko
mendorong kursi roda Bulan menuju ke rumah mereka. Sekarang Bulan sudah
bersuami dan mempunyai anak. Bintang lah yang merubah sifat Bulan dari yang tertutup menjadi terbuka bagi semua orang. Anak Bulan dia namakan Bintang Tristan Adi. Nama
Bintang Tristan diambil dari seseorang yang pernah mengajarkannya arti hidup,
dan Adi adalah nama tengah suaminya yaitu Riko Adi Pratama. Bulan dan keluarga
barunya hidup bahagia sampai ajal menjemput.
"Kamu pantas ngedapetin itu semua Bulan ! Aku bangga padamu" kata Bintang sambil menatap Bulan dari awan-awan
==========================TAMAT==================================
0 comments:
Posting Komentar