Hai , teman !
Kali ini saya akan memposting about Polykarpus , mm soal Fanfiction Naruto nya aku postingin abis tes aja ya !
By the way, anyway, busway #tarik cellin * Tes Mat direktorat nya susah amat yaa !
Gilaa aku , bisa stress ini ! Tapi, ya doakan aku biar dapet nilai diatas KKM #Puji Tuhan
Eh, ini koq malah curhat sih ! Oke2 daripada banyak ngomong basa-basi ntar mulutnya jadi basi #loh (?), mending langsung ke cerita tentang Polykarpus yang mengharukan #bagi saya
Kisah akhir hidup Polikarpus dicatat dalam surat dari jemaat di
Smirna yang dinamai "The Martyrom of Polycarp" ("Kematian syahid
Polikarpus").
Karena orang-orang Kristen menolak menyembah kaisar dan dewa-dewa Romawi, tetapi memuja Kristus secara sembunyi-sembunyi di rumah masing-masing, mereka dianggap orang kafir. Orang-orang Smyrna memburu orang-orang Kristen dengan pekikan, "Enyahkan orang-orang kafir."
Polikarpus, uskup yang disegani di kota itu, diburu oleh prajurit
Smyrna. Para prajurit itu sudah mengirim orang-orang Kristen lainnya
untuk dibunuh di arena, kini mereka menghendaki sang pemimpin.
Polikarpus telah meninggalkan kota itu dan bersembunyi di sebuah ladang
milik teman-temannya. Bila pasukan mulai menyergap, ia pun melarikan
diri ke ladang lain. Meskipun hamba Tuhan ini tidak takut mati, dan
memilih berdiam di kota, teman-temannya mendorongnya bersembunyi.
Mungkin karena mereka takut kalau-kalau kematiannya akan memengaruhi
ketegaran gereja.
Ketika polisi mendatangi ladang pertama, mereka menyiksa seorang
budak untuk mencari tahu tentang Polikarpus. Kemudian mereka menyerbu
dengan senjata lengkap untuk menangkap uskup itu. Meskipun ada
kesempatan lari, Polikarpus memilih tinggal di tempat, dengan tekad,
"Kehendak Allah pasti terjadi." Di luar dugaan, ia menerima mereka
seperti tamu, memberi mereka makan dan meminta izin selama satu jam
untuk berdoa. Ia berdoa dua jam lamanya.
Beberapa penangkap merasa sedih menangkap orang tua yang hegitu baik.
Dalam perjalanannya kembali ke Smyrna, kepala prajurit yang memimpin
pasukan itu berkata, "Apa salahnya menyebut Tuhan Kaisar dan
mempersembahkan bakaran kemenyan?"
Dengan tenang Polikarpus mengatakan bahwa ia tidak akan melakukannya.
Gubernur Romawi yang mengadilinya berusaha mencarikan jalan keluar
untuk membebaskan uskup tua itu. "Hormatilah usiamu, Pak Tua," seru
gubernur Romawi itu. "Bersumpahlah demi berkat Kaisar. Ubahlah
pendirianmu serta berserulah, "Enyahkan orang-orang kafir!" "
Sebenarnya, gubernur Romawi itu ingin Polikarpus menyelamatkan
dirinya sendiri dengan melepaskan dirinya dari orang-orang Kristen yang
dianggap "kafir" itu. Namun, Polikarpus hanya memandang kerumunan orang
yang sedang mencemohkannya. Sambil mengisyaratkan ke arah mereka, ia
berseru, "Enyahkan orang-orang kafir!"
Gubernur Romawi itu berusaha lagi: "Angkatlah sumpah dan saya akan membebaskanmu. Hujatlah Kristus!"
Polikarpus pun berdiri dengan tegar. Ia mengatakan kalimat terakhirnya yang terkenal, "Selama
86 tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan Ia tidak pernah
menyakitiku. Bagaimana aku dapat mencaci Raja [Kristus] yang telah
menyelamatkanku?"
Pertukaran pendapat antara sang uskup dan gubernur Romawi berlanjut.
Pada suatu saat, Polikarpus menghardik lawan bicaranya: "Jika kamu...
berpura-pura tidak mengenal saya, dengarlah baik-baik: Saya adalah
seorang Kristen. Jika Anda ingin mengetahui ajaran Kristen, luangkanlah
satu hari khusus untuk mendengarkan saya."
Gubernur Romawi itu pun mengancam akan melemparkan dia ke
binatang-binatang buas. "Panggil binatang-binatang itu!" seru
Polikarpus. "Jika hal itu akan mengubah keadaan buruk menjadi baik,
tetapi bukan keadaan yang lebih baik menjadi lebih buruk."
Ketika ia diancam akan dibakar, Polikarpus menjawab, "Apimu akan
membakar hanya satu jam lamanya, kemudian akan padam, namun api
penghakiman yang akan datang adalah abadi."
Akhirnya Polikarpus dinyatakan sebagai orang yang tidak akan menarik
kembali pernyataan-pernyataannya. Rakyat Smyrna pun berteriak: "Inilah
guru dari Asia, bapa orang-orang Kristen, pemusnah dewa-dewa kita, yang
mengajar orang-orang untuk tidak menyembah (dewa-dewa) dan
mempersembahkan korban sembelihan."
Gubernur Romawi menitahkan agar ia dibakar hidup-hidup. la diikat
pada sebuah tiang dan dibakar. Namun, menurut seorang saksi mata,
badannya tidak termakan api. "la berada di tengah, tidak seperti daging
yang terbakar, tetapi seperti roti di tempat pemanggangan, atau seperti
emas atau perak dimurnikan di atas tungku perapian. Kami mencium aroma
yang harus, seperti wangi kemenyan atau rempah mahal." Ketika seorang
algojo menikamnya, darah yang mengalir memadamkan api itu.
Kisah ini tersebar ke jemaat-jemaat di seluruh kekaisaran. Gereja
menyimpan laporan-laporan semacam itu dan mulai memperingati hari-hari
kelahiran serta kematian para martir. Bahkan mereka juga mengumpulkan
tulang-tulangnya serta peninggalan lainnya.
Tanggal kematian Polikarpus diperdebatkan. Eusebius
mencatat kematiannya pada masa pemerintahan Marcus Aurelius, 166–167
Masehi. Namun, sebuah catatan yang ditambahkan setelah masa Eusebius
menuliskan kematian Polikarpus pada Sabtu, 23 Februari
pada masa pemerintahan konsul Statius Quadratus yang berkuasa pada 155
atau 156 Masehi. Tanggal yang ditulis sebelumnya lebih cocok kepada
tradisi yang memberitahukan hubungan Polikarpus dengan Ignatius dan Yohanes Sang Penginjil. Setiap tanggal 23 Februari, diperingati hari "kelahiran Polikarpus" masuk ke surga.
cc : wikipedia
Quote from me : "Allah yang kami sembah adalah Allah yang hidup"
0 comments:
Posting Komentar